Masalembu (Part 3;end): Tak Seseram di Film

Serial Televisi berjudul “Masalembo”  yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta dapat dibilang cukup ­nge-hits belakangan ini. Mungkin itu juga yang membuat saya ingin segera menulis kembali petualangan saya ke Masalembu (Masalembo=Masalembu)  beberapa bulan lalu. Huehehehe. Ikut-ikutan nih ceritanya? Tidak juga, kali ini akan saya selesaikan cerita petualangan saya di Masalembu.
Kalau di postingan sebelumnya saya banyak bercerita soal perjalanan, penduduk dan anything about people interest lainnya, di postingan terakhir ini saya akan bercerita soal keindahan alam Masalembu. Sejujurnya saya heran dalam film Masalembo kok ceritanya serem amat ya? Saya sendiri tidak tahu itu menceritakan tentang pulau Masalembu atau pulau lain yang masih berada di wilayah segi tiga Bermuda Masalembo. Memang perairan sekitar Masalembu terkenal angker, tragedi jatuhnya Pesawat Adam Air dan tenggelamnya kapal Tampomas 2 semakin menambah kesan angker wilayah perairan Masalembu.
Okay, okay, forget it, mari kita bercerita soal yang indah-indah saja. Nah, saya mulai dari pantai yang saya kunjungi pertama kali saat saya di sana, namanya pantaibersambung. Mungkin kalau diterjemahkan dalam Bahasa Inggris namanya akan menjadi to be continued beach. Gila men, airnya jernih, visibilitasnya 100% deh. Di bawah terlihat jelas bebatuan dan rumput laut yang tersebar tak beraturan, pasirnya juga putih bersih. Keren pokoknya. Pantai ini juga berdekatan dengan pantai cemara yang menurut saya biasa saja.

Jalan-jalan di pantai bersambung, keren bung!

Nah bukan hanya pantainya yang menyenangkan, perjalanannya pun menyenangkan. Bagaimana tidak? Pulau Masalembu bebas polusi, tidak ada mobil di pulau ini. Kalau pun ada paling-paling cuma mobil bak terbuka yang digunakan warga untuk mengangkut ikan hasil tangkapan, itupun jumlahnya dapat dihitung dengan jari, selebihnya kendaraan roda dua. Dalam perjalanan kami mengunjungi pantai-pantai keren Masalembu, kami melewati rumah-rumah panggung milik penduduk dari suku Bugis dan Mandar. Unik, serasa sedang berada di Sulawesi saja. Hahahaha.

Ini dia rumah panggungnya, so sederhana, unik

Langsung saja ke pantai masterpiece Masalembu. Namanya Pantai Masna. Menurut warga sekitar, dulunya ada seorang wanita yang tewas dan jasadnya ditemukan di pantai tersebut, dan nama wanita yang tewas tersebut adalah Masna. Sejak saat itulah pantai itu diberi nama Masna. Ampun deh, untuk yang satu ini saya angkat tangan, sagat keren. Hamparan pasir putihnya saat laut surut menyilaukan mata. Airnya bening dengan gradasi biru, seperti iklan minuman ion saja, hahaha.

Nah kami tiba di pantai Masna
Bersama teman perjalanan, gan Ucup dan Pa'ong sang guide lokal

Puas dengan pantai, kami beranjak ke tepat tertinggi di Masalembu. Ada sebuah bukit di pulau ini yang tidak tahu entah apa namanya. Saya lebih suka menyebutnya punuk lembu, hehehehe. Bukit inilah yang pertama kami lihat saat kapal masih berada di laut, cukup jauh dari pulau. Dari puncak bukit, terlihatlah pulau Masalembu yang ternyata cukup luas. Pemandangan dari atas bukit membuat saya sadar betapa terisolirnya kami. Setelah itu kami juga mengunjungi pantai lainnya, yaitu Tanjung Batu, tempat berkumpulnya nelayan dan penyeberangan ke pulau Masakambing.

Masalembu from above
Gambar ini diambil sambil naik tower pemancar sinyal selular, wkwkwk
Anak-anak memancing ikan di Tanjung Batu. Gila, baru sebentar lempar kail, udah strike! Tuh ikannya

Hari mulai sore, kami pun bergegas untuk kembali karena kapal akan berangkat sore itu. Dapat dibayangkan kalau kami ketinggalan kapal, kami harus menginap seminggu lagi di Masalembu untuk menunggu kapal selanjutnya. Memang tidak terlalu lama kami menjelajahi Masalembu tapi rasaya kami cukup puas saat itu. Kami sudah melihat alam, budaya, dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Kami bersiap pulang. Ini dia kapalnya, lebih keren dari sebelumnya
Nice sunset, menutup hari kami di Masalembu

Begitulah perjalanan kami hari itu. Usai membeli tiket penyebrangan di pelabuhan, kami langsung bergegas menuju kapal perintis yang akan membawa kami pulang ke pulau Madura. Sebelum pulang kami sempat mencicipi Bakso Ikan khas Masalembu. Seperti yang ceritakan sebelumnya, di pulau ini semuanya serba ikan. Hahaha. Beruntung sekali Bapak Laode Arsyad berbaik hati menraktir kami bakso sebelum kami bertolak dari pelabuhan. Hari itu pun ditutup dengan langit senja yang indah dan kami pun kembali mengarungi Laut Jawa, kembali ke pulau Madura (end)*.
   



Comments

  1. Terimakasih ya Mas... tulisannya bikin saya tambah pengen ke Masalembu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Okay terimakasih. Masalembu memang menarik :D

      Delete
  2. hai mas arif saya alfur jombang, menerik nih masalembu, saya bisa minta kontak kmu mas? WA,LINE atau yang lainya, terimkasih

    ReplyDelete
  3. Aku baru tau blogmu bro,, kog wes banyak tulisannya hehehe,, sukses bro di tunggu cerita yg lainnya

    ReplyDelete
  4. Aku baru tau blogmu bro,, kog wes banyak tulisannya hehehe,, sukses bro di tunggu cerita yg lainnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts