Serial Televisi berjudul “Masalembo” yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta
dapat dibilang cukup nge-hits
belakangan ini. Mungkin itu juga yang membuat saya ingin segera menulis kembali
petualangan saya ke Masalembu (Masalembo=Masalembu) beberapa bulan lalu. Huehehehe. Ikut-ikutan
nih ceritanya? Tidak juga, kali ini akan saya selesaikan cerita petualangan
saya di Masalembu.
Kalau di postingan sebelumnya saya banyak bercerita soal perjalanan,
penduduk dan anything about people
interest lainnya, di postingan terakhir ini saya akan bercerita soal
keindahan alam Masalembu. Sejujurnya saya heran dalam film Masalembo kok
ceritanya serem amat ya? Saya sendiri tidak tahu itu menceritakan tentang pulau
Masalembu atau pulau lain yang masih berada di wilayah segi tiga Bermuda Masalembo.
Memang perairan sekitar Masalembu terkenal angker, tragedi jatuhnya Pesawat
Adam Air dan tenggelamnya kapal Tampomas 2 semakin menambah kesan angker
wilayah perairan Masalembu.
Okay,
okay, forget it, mari kita
bercerita soal yang indah-indah saja. Nah, saya mulai dari pantai yang saya
kunjungi pertama kali saat saya di sana, namanya pantaibersambung. Mungkin
kalau diterjemahkan dalam Bahasa Inggris namanya akan menjadi to be continued beach. Gila men, airnya jernih, visibilitasnya
100% deh. Di bawah terlihat jelas bebatuan dan rumput laut yang tersebar tak
beraturan, pasirnya juga putih bersih. Keren pokoknya. Pantai ini juga
berdekatan dengan pantai cemara yang menurut saya biasa saja.
|
Jalan-jalan di pantai bersambung, keren bung! |
Nah bukan hanya pantainya yang
menyenangkan, perjalanannya pun menyenangkan. Bagaimana tidak? Pulau Masalembu
bebas polusi, tidak ada mobil di pulau ini. Kalau pun ada paling-paling cuma
mobil bak terbuka yang digunakan warga untuk mengangkut ikan hasil tangkapan, itupun
jumlahnya dapat dihitung dengan jari, selebihnya kendaraan roda dua. Dalam
perjalanan kami mengunjungi pantai-pantai keren Masalembu, kami melewati
rumah-rumah panggung milik penduduk dari suku Bugis dan Mandar. Unik, serasa
sedang berada di Sulawesi saja. Hahahaha.
|
Ini dia rumah panggungnya, so sederhana, unik |
Langsung saja ke pantai masterpiece Masalembu. Namanya Pantai
Masna. Menurut warga sekitar, dulunya ada seorang wanita yang tewas dan
jasadnya ditemukan di pantai tersebut, dan nama wanita yang tewas tersebut
adalah Masna. Sejak saat itulah pantai itu diberi nama Masna. Ampun deh, untuk
yang satu ini saya angkat tangan, sagat keren. Hamparan pasir putihnya saat
laut surut menyilaukan mata. Airnya bening dengan gradasi biru, seperti iklan
minuman ion saja, hahaha.
|
Nah kami tiba di pantai Masna |
|
Bersama teman perjalanan, gan Ucup dan Pa'ong sang guide lokal |
Puas dengan pantai, kami beranjak
ke tepat tertinggi di Masalembu. Ada sebuah bukit di pulau ini yang tidak tahu
entah apa namanya. Saya lebih suka menyebutnya punuk lembu, hehehehe. Bukit
inilah yang pertama kami lihat saat kapal masih berada di laut, cukup jauh dari
pulau. Dari puncak bukit, terlihatlah pulau Masalembu yang ternyata cukup luas.
Pemandangan dari atas bukit membuat saya sadar betapa terisolirnya kami.
Setelah itu kami juga mengunjungi pantai lainnya, yaitu Tanjung Batu, tempat
berkumpulnya nelayan dan penyeberangan ke pulau Masakambing.
|
Masalembu from above |
|
Gambar ini diambil sambil naik tower pemancar sinyal selular, wkwkwk |
|
Anak-anak memancing ikan di Tanjung Batu. Gila, baru sebentar lempar kail, udah strike! Tuh ikannya |
Hari mulai sore, kami pun bergegas
untuk kembali karena kapal akan berangkat sore itu. Dapat dibayangkan kalau
kami ketinggalan kapal, kami harus menginap seminggu lagi di Masalembu untuk
menunggu kapal selanjutnya. Memang tidak terlalu lama kami menjelajahi
Masalembu tapi rasaya kami cukup puas saat itu. Kami sudah melihat alam,
budaya, dan hal-hal menyenangkan lainnya.
|
Kami bersiap pulang. Ini dia kapalnya, lebih keren dari sebelumnya |
|
Nice sunset, menutup hari kami di Masalembu |
Begitulah perjalanan kami hari itu.
Usai membeli tiket penyebrangan di pelabuhan, kami langsung bergegas menuju
kapal perintis yang akan membawa kami pulang ke pulau Madura. Sebelum pulang
kami sempat mencicipi Bakso Ikan khas Masalembu. Seperti yang ceritakan
sebelumnya, di pulau ini semuanya serba ikan. Hahaha. Beruntung sekali Bapak
Laode Arsyad berbaik hati menraktir kami bakso sebelum kami bertolak dari
pelabuhan. Hari itu pun ditutup dengan langit senja yang indah dan kami pun
kembali mengarungi Laut Jawa, kembali ke pulau Madura (end)*.
Terimakasih ya Mas... tulisannya bikin saya tambah pengen ke Masalembu...
ReplyDeleteOkay terimakasih. Masalembu memang menarik :D
Deletehai mas arif saya alfur jombang, menerik nih masalembu, saya bisa minta kontak kmu mas? WA,LINE atau yang lainya, terimkasih
ReplyDeleteemail aja gan ke asiefabdi@gmail.com
DeleteAku baru tau blogmu bro,, kog wes banyak tulisannya hehehe,, sukses bro di tunggu cerita yg lainnya
ReplyDeleteAku baru tau blogmu bro,, kog wes banyak tulisannya hehehe,, sukses bro di tunggu cerita yg lainnya
ReplyDelete